Selamat Datang di
wisata hutan wonosadi
Anggota Gratis
wisata hutan wonosadi
Indonesia
Indonesia
Kontak Perusahaan | ||
---|---|---|
Nama: | Tn. warno [Pemasaran] | |
E-mail: | Kirim Pesan | |
Situs Web: | ||
Nomor Ponsel: | ||
Nomor Telpon: | ||
Alamat: | desabeji,duren,kecamatan ngawen,gunungkidul,yogyakarta wonosari yogyakarta, Yogyakarta Indonesia | |
Rata-rata Tinjauan Pemakai | Tidak ada ulasan untuk perusahaan ini - Menulis tinjauan | |
Tanggal Bergabung: | 24 May. 2023 | |
Terakhir Diperbarui: | 10 Jun. 2007 | |
Sifat Dasar Usaha: | Jasa, Organisasi dari kategori Olahraga & Hiburan | |
Ingin menghubungi perusahaan ini?
| ||
Masukan ke Perusahaan Rekanan | ||
Kenalkan ke teman Anda | ||
Penjelasan Ringkas | ||
Desa wisata wonosadi Lingkungan Kelestarian Pepohonan dan Seisi Hutan Adat Wonosadi Oleh Irma Tambunan Ketekunan masyarakat dalam pelestarian lingkungan telah menjadikan Hutan Adat Wonosadi sebagai kenyamanan bagi aneka flora dan fauna. Hutan seluas 25 hektar di Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, ini menarik dijadikan laboratorium alam, setelah sebelumnya kawasan ini diresmikan sebagai desa wisata. Karena di sana ada puluhan jenis tumbuhan, termasuk yang tergolong langka seperti bunga bangkai ( Amorphophallus titanum) berwarna putih dan anggrek tanah ( Pecteilis Susannae) . Juga terdapat hewan langka dan dilindungi, seperti elang bido, elang jenis alap-alap, belalang merah, burung funglor atau anis kembang, dan kelompok tawon gung. Mereka hidup nyaman dalam rimbunnya pepohonan yang di antaranya telah berusia ratusan tahun. Dalam kunjungan kami akhir September lalu, sejumlah tanaman bangkai tengah berbunga. Muhammad Kasno, salah seorang pengelola desa wisata Hutan Adat Wonosadi, memperkirakan tanaman ini masih akan terus berbunga sampai menjelang musim hujan tiba. Semarak bunga bangkai selanjutnya akan digantikan oleh anggrek tanah, yang di awal musim hujan akan mulai tumbuh umbi-umbinya dan dalam dua atau tiga bulan barulah bermekaran. Bunganya membentuk mahkota dan kelopak berwarna putih menyerupai sisir. Namun, di sejumlah titik dapat pula ditemui anggrek tanah berwarna keunguan dan oranye. Anggrek yang langka ini terbilang unik karena tumbuh di permukaan tanah. Anggrek jenis ini baru ditemukan di Maluku, Madura, dan Nusa Tenggara Timur. Menapaki Hutan Adat Wonosadi cukup lelah, tetapi ragam kicauan burung-burung liar terasa riang mengiringi langkah-langkah kami. " Puluhan tahun kami menjaga hutan ini, sehingga tetap lestari dan jadi hunian yang nyaman buat hewan-hewan langka, " tuturnya. Secara keseluruhan, setidaknya 41 jenis tanaman, 16 tumbuhan obat, serta sejumlah jenis jamur tumbuh lestari di sana. Terdapat juga sebanyak 40-an jenis burung, amfibi, reptil, mamalia, dan serangga. Menurut Kasno, terdapat pula elang jawa dan elang bodol di Hutan Wonosadi. Namun, diperkirakan permukiman yang semakin bertambah mengakibatkan dua jenis elang bermigrasi sejak lima tahun terakhir. Jejaki puncak Menjejaki puncak Hutan Wonosadi akan didapati sejumlah pohon tua berusia lebih dari 200 tahun. Di sekitar hutan, bebatuan vulkanik dari gunung api purba menjadi daya tarik kawasan ini sebagai desa wisata. Kita juga dapat menikmati hamparan ledok wonosari, baturagung, sekaligus rangkaian bukit-bukit karst. Yang tak kalah menarik adalah cerita sejarah hutan ini. Masyarakat masih memercayai bahwa di Hutan Wonosadi, Onggoloco, yaitu putra salah seorang selir Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit yang melarikan diri dari kejaran pasukan Kerajaan Demak, pernah bertapa. Onggoloco dikenal memiliki ilmu kebatinan tinggi. Dalam pertapaannya, Onggoloco membuat hutan supaya penduduk setempat tak kekurangan air hingga turun-temurun. Sehingga hutan ini dinamai Wonosadi, " wono " ( alas) dan " sadi " ( sandi/ rahasia) . Namun, rahasia apa dari hutan ini belum dapat terungkap? Selain menikmati keindahan alamnya, pengunjung dapat singgah di sentra kerajinan anyaman bambu, yang hanya berjarak 500 meter. Keunikan lainnya, desa ini punya tradisi kesenian rinding gumbeng, permainan menggunakan alat musik dari bambu. Kesenian ini selalu dimainkan setahun sekali pada upacara adat saat menyambut panen padi. Rinding gumbeng telah berkiprah dalam pentas-pentas skala nasional dan internasional, melalui pelestarinya, Sudiyo ( 71) , yang saat ini tengah terbaring sakit. Sudiyo pernah meraih kalpataru, sekaligus tetua yang menggerakkan masyarakat untuk menjagai hutan. Masyarakat kini secara bergantian menjaga hutan adat. Menurut Slamet, warga setempat, sejak dulu dibuat kesepakatan untuk tidak menebangi pohon. Namun, pada tahun 1965 hutan ini sempat mengalami penebangan besar-besaran oleh kalangan tak dikenal. Masyarakat langsung kembali menanami pohon setahun kemudian. Hasilnya, Hutan Adat Wonosadi kembali rimbun. | ||
|
Anda mendapat [3] permintaan baru. Ke Menu Anggota Depan - Penawaran Dagang - Daftar Produk - Daftar Permintaan - Daftar Kerjasama - Daftar Perusahaan © 2024 Indotrade.id. Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. |